Fotoudara Citra Satelit merupakan pemotretan suatu daerah menggunakan wahana satelit yang dioperasikan dari ruang angkasa. Saat, ini citra satelit resolusi tinggi memiliki resolusi spasial 50 cm (hasil resampling), seperti citra GeoEye-1, WordView-2, WorldView-1, dan Pleiades. Hasil foto satelit tidak sedetail jika dibandingkan dengan foto udara.
Denganmemanfaatkan data citra satelit yang sudah terkoreksi dengan baik artinya posisi sesuai dengan yang dilapangan maka kita bisa menggunakan hal tersebut untuk mengkoreksi hasil foto udara (peta drone) kita sehingga hasilnya lebih maksimal. Sebagai contoh identifikasi pada peta, misalnya pojokan jembatan, marka jalan, atau dimana saja
Citrasatelit adalah gambar permukaan yang dibuat oleh wahana satelit sedangkan foto udara dibuat oleh wahana non-satelit seperti pesawat terbang, balon, drone, dll. Bagaimana mengubah sebuah foto udara dan citra satelit menjadi sebuah informasi yang mudah dipahami? Proses itu disebut sebagai proses interpretasi foto udara dan citra satelit.
FotoUdara dan Citra Satelit Foto Udara adalah hasil pemotretan suatu daerah dari ketinggian tertentu, dalam ruang lingkup atmosfer menggunakan kamera. Misalnya pemotretan menggunakan pesawat terbang, heikopter, balon udara, drone/UAV, dan wahana lainnnya. Keuntungannya, penggunaan foto udara menghasilkan gambar/citra yang lebih detail
Iniadalah sesi foto suatu daerah melalui penggunaan satelit di mana operasi yang dilakukan dari luar angkasa akan dilakukan. Jadi dari citra satelit itu sendiri memiliki tingkat resolusi yang tinggi dengan resolusi spasial 50 cm. Maka hasil foto satelit sendiri tidak akan sedetail mungkin dengan foto udara. Belajarlah lagi 1.
Interpretasifoto udara (IFU), Citra Satelit. Penginderaan jauh ialah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kotak langsung terhadap obyek, daerah, atau gejala yang dikaji (Lillesansd dan Kiefer, 1979 dalam Sutanto, 1992).
. Hallo Syifa, kakak bantu jawab ya Kelebihan hasil pemotretan foto udara yaitu lebih jelas karena tidak terhalang awan, namun kelemahan foto udara cakupan wilayahnya tidak luas. Sedangkan foto satelit memiliki kelebihan cakupan wilayah pemotretan luas, sedangkan kelemahannya adalah hasil pemotretan tidak maksimal karena tertutup awan. Berikut penjelasannya, dalam merekam citra permukaan bumi dapat digunakan dua jenis citra yaitu citra udara atau foto udara dan citra satelit. Foto udara adalah hasil pemotretan permukaan bumi yang dilakukan dari udara atau ketinggian tertentu. Sedangkan foto satelit adalah hasil pemotretan permukaan bumi yang diambil dari luar angkasa menggunakan wahana satelit. Setiap hasil pemotretan yang diambil baik melalui citra foto ataupun citra satelit memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan penggunaan foto udara 1. Foto yang dihasilkan tidak terhalang awan 2. Memudahkan interpretasi berbagai objek yang ada pada citra tersebut 3. Foto yang ditampilkan lebih detail Kelemahan penggunaan foto udara 1. Cakupan wilayah pemotretan tidak luas 2. Jika area yang dikaji sangat luas maka akan banyak menghasilkan citra udara sehingga memerlukan waktu dalam proses pengolahannya 3. Memerlukan komputer yang memiliki spesifikasi tinggi karena resolusi spasial yang tinggi. 4. Memerlukan biaya yang besar dalam penyewaan wahana dan operator wahana Sedangkan kelebihan foto satelit yaitu 1. Mencakup wilayah yang luas dan menyeluruh 2. Dilakukan secara kontinyu atau berkelanjutan 3. Pembuatan citra dilakukan dengan cepat 4. Tingkat ketelitian hasil pemotretan sangat baik 5. Menghemat biaya, tenaga, dan waktu 6. Dapat menggambarkan daerah rawan bencana alam dan daerah yang memiliki potensi sumber daya alam Kelemahan penggunaan foto satelit 1. Tidak semua data yang terkait dengan objek tertangkap oleh sensor 2. Ketelitian interpretasi citra tergantung dari kejelasan wujud objek 3. Harga wahana yang digunakan sangat mahal dan memerlukan tenaga ahli untuk mengoperasikannya. Jadi, kelebihan hasil pemotretan foto udara yaitu lebih jelas karena tidak terhalang awan, namun kelemahan foto udara cakupan wilayahnya tidak luas. Sedangkan foto satelit memiliki kelebihan cakupan wilayah pemotretan luas, sedangkan kelemahannya adalah hasil pemotretan tidak maksimal karena tertutup awan. Terima kasih Semoga membantu yaa
Foto Udara Dan Citra Satelit A. Foto Udara Foto Udara Kota Banda Aceh Skala 1 Foto Udara Jakarta Foto Udara Kelurahan Koang Jaya Foto Udara Tugu Malang B. Citra Satelit Citra Satelit Quickird Kota Semarang 13 Mei 2009 Citra Satelit Kota Surabaya Citra Satelit Kota Padang Citra Satelit Quickbird Kota New York Citra Satelit Lumpur Lapindo Sidoarjo, Jawa Timur Citra Satelit Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta Iklan
Foto Udara dan Citra Satelit DAPATKAN DATA CITRA SATELIT RESOLUSI SANGAT TINGGI WORLDVIEW-3 BESERTA PENGOLAHAN DAN MAPPING DENGAN HARGA YANG KOMPETITIF DI MAP VISION INDONESIA UNTUK INFORMASI LEBIH LANJUT DAPAT MENGHUBUNGI KAMI PADA NOMOR TELEPON WA/SMS/TELEPON 0878 2292 5861 E-MAIL mapvisionindonesia Foto udara adalah pengambilan foto di udara menggunakan wahana yang dapat bergerak di udara. Mulanya wahana yang digunakan dalam memperoleh foto udara yaitu sebuah balon udara dan pesawat terbang, namun seiring perkembangan teknologi, saat ini beragam wahana dapat digunakan untuk mendapatkan sebuah foto udara. dimana yang saat ini marak digunakan yakni penggunaan wahana berupa Unmanned Aerial Vehicles UAV atau drone. Dahulu penggunaan foto udara lebih banyak digunakan untuk kepentingan militer, dan mulai ramai dipakai oleh kalangan sipil setelah Perang Dunia II selesai. BACA JUGA 1. Apa Itu Foto Udara? 2. Apa Itu Citra Satelit? 3. Penginderaan Jauh 4. Pengertian Citra Satelit 5. Citra Penginderaan Jauh Sejarah Awal Foto Udara Gaspard-Felix Tournachon dikenal juga dengan sebutan Nadar seorang fotografer yang awalnya berprofesi sebagai novelis dan karikaturnis, merupakan orang pertama yang mengambil foto udara menggunakan wahana berupa balon udara, yang dilakukan pada tahun 1858. Namun sayangnya foto udara pertama dan juga foto-foto udara lain hasil jepretan Nadar sudah tidak dapat ditemukan. Saat ini hasil jepretan awal foto udara yang masih bisa disaksikan adalah karya James Wallace Black dan Samuel Archer King yang berjudul “Boston, as the Eagle and the Wild Goose See It” yang diambil pada tanggal 13 Oktober 1860 di atas ketinggian 630 meter dari Kota Boston, Amerika Serikat. Selanjutnya pengambilan foto udara menggunakan wahana yang lain terus berkembang, seperti penggunaan layang-layang yang dilakukan seorang meteorologis asal Inggris bernama ED Archibald pada tahun 1882. Pada tahun yang sama, Cecil Shadbolt, melakukan pengambilan foto udara dengan menggunakan wahana berupa balon gas. Pada tanggal 24 April 1909, penggunaan wahana yang lebih berat dibandingkan udara digunakan pertama kalinya, dengan menyematkan kamera gambar bergerak untuk kepentingan pembuatan film bisu berdurasi pendek yang berjudul “Wilbur Wright und seine Flugmaschine”. Sejarah Penggunaan Foto Udara untuk Pemetaan Veteran Perang Dunia I, Francis Wills dan Claude Graham White, mendirikan perusahaan fotografi udara komersial pertama di Inggris pada tahun 1919 yang mereka beri nama Aerofilm, Ltd. Perusahaan tersebut pada tahun 1921, melakukan foto udara vertikal untuk kepentingan survei dan pemetaan, serta selama tahun 1930-an, Aerofilm menjadi perusahaan pelopor ilmu fotogrametri pemetaan dari foto udara. Di negara kita, Indonesia, penggunaan foto udara untuk survei pemetaan telah mulai dilakukan oleh beberapa lembaga pada awal 1970-an Danoedoro, 2012. Namun ketika bangsa kita tengah mulai penggunaan foto udara untuk pemetaan, negara maju malah mulai mengembangkan satelit sumber daya alam sebagai wahana untuk mendapatkan data penginderaan jauh. Jenis Foto Udara Berdasarkan Sumbu Kamera Berdasarkan tingkat kemiringan sumbu kamera, foto udara dibagi menjadi 3 jenis yaitu Foto Udara Vertikal Pada jenis foto udara vertikal, posisi sumbu kamera tegak lurus vertikal atau maksimal sudut kemiringannya 3 derajat dengan area yang hendak dipotret. Jenis Foto Udara VertikalSumber Gambar Foto udara jenis ini banyak digunakan untuk pemetaan karena skala dan objek yang dipotret mempunyai bentuk cenderung tetap serta tidak menutup objek area lain dibandingkan jenis foto udara lain. Contoh Tampilan Foto Udara VertikalSumber Foto Udara Miring Rendah Low Oblique Jenis Foto Udara Miring RendahSumber Gambar Untuk jenis foto udara miring rendah, sumbu kamera membentuk sudut kemiringan antara 3 derajat hingga 30 derajat dengan area yang dipotret. Contoh Tampilan Foto Udara Miring Rendah Kenampakan Horizon Pada Foto Ini Tidak DitunjukkanSumber Foto Udara Miring Tinggi High Oblique Sumbu kamera pada jenis foto udara miring tinggi membentuk sudut kemiringan antara lebih dari 30 derajat hingga 55 derajat dengan area yang dipotret. Jenis Foto Udara Miring TinggiSumber Gambar Kelebihan jenis foto udara miring, baik yang miring rendah ataupun tinggi, dapat memotret area dalam cakupan yang lebih luas dibandingkan dengan jenis foto udara vertikal, namun kelemahannya skala dan ukuran objek yang dipotret tidak tetap, sehingga pengukuran dimensi objek menjadi lebih sulit dibandingkan foto udara vertikal. Contoh Tampilan Foto Udara Miring Tinggi yang Memperlihatkan CakrawalaSumber Citra Satelit Pada saat negara kita, Indonesia, di tahun 1970-an mulai memanfaatkan foto udara untuk kegiatan survei-pemetaan sumber daya, maka di negara-negara yang maju, mereka mulai mengembangkan satelit sumber daya alam untuk mendapatkan data penginderaan jauh. Hal ini bermula dari Program Landsat yang sangat legendaris di tahun 1972, yang hingga kini masih terus berjalan dan telah memasuki seri ke 8 Satelit Landsat 8, bahkan pada tahun 2021 mendatang, rencananya akan meluncur seri ke 9 Satelit Landsat 9. Dan saat ini telah banyak sekali satelit sumber daya alam selain Program Satelit Landsat yang tengah beroperasi di luar angkasa dengan beragam spesifikasi yang dimilikinya. Satelit-satelit sumber daya alam tersebut menghasilkan citra satelit yang merupakan gambaran permukaan bumi dengan beragam resolusi spasial dan resolusi spektral. Dan berikut ini beberapa contoh data citra satelit optis yang dihasilkan oleh satelit sumber daya alam dengan sensor pasif sumber tenaga berasal dari matahari 1. Citra Satelit WorldView-3 Citra Satelit WorldView-3 Wilayah Candi Borobudur – Jawa Tengah dalam Skala 1 1000 Citra satelit yang dihasilkan oleh Satelit WorldView-3 merupakan citra satelit dengan kenampakan paling detail saat ini, dengan resolusi spasial mencapai 30 cm m pada keadaan nadir untuk citra satelit pada band pankromatik. Selain itu, Satelit WorldView-3 saat ini dapat dibilang sebagai satelit sumber daya alam komersial paling canggih untuk kategori satelit penghasil citra dengan resolusi spasial sangat tinggi, karena selain dibekali 1 band pankromatik dengan resolusi spasial 30 cm pada posisi nadir dan 8 band multispektral dengan resolusi spasial meter, pada satelit ini juga terdapat 8 band pada spektrum elektromagnetik Short Wave Infra Red SWIR, serta 12 band multispektral untuk Clouds, Aerosols, Vapors, Ice, & Snow CAVIS. Keberadaan band SWIR pada Citra Satelit WorldView-3 bermanfaat untuk menghasilkan citra satelit yang bebas dari berbagai gangguan yang menghalangi tampilan objek pada citra satelit seperti kabut, haze, serta awan tipis. Selain dari hal tersebut, hadirnya band SWIR juga dapat untuk melihat titik api aktif yang terekam oleh satelit. Visible & SWIR pada Data Citra Satelit WorldView–3 Sedangkan untuk sensor CAVIS yang terdiri dari 12 band bertujuan untuk menghasilkan citra satelit dengan tampilan yang lebih bersih dari awan, kabut, dan berbagai gangguan lain di atmosferik, serta menampilkan warna yang selaras seamless antar data citra satelit yang mencakup sebuah wilayah. CAVIS 2. Citra Satelit Pleiades–1A & Pleiades–1B Data Olahan Citra Satelit Pleiades–1A Warna Natural Kota Cilegon – Banten Skala 1 Satelit Pleiades-1A & Pleiades-1B merupakan satelit “kembar” dari vendor Airbus Defence & Space. Disebut kembar karena spesifikasi satelit sama persis dan sama-sama menghasilkan citra satelit dengan resolusi spasial kelas 50 cm hasil resampling pada spektrum elektromagnetik cahaya tampak visible dan inframerah dekat near infrared. Saat ini Citra Satelit Pleiades-1A & Pleiades-1B merupakan kompetitor terberat bagi citra satelit resolusi spasial sangat tinggi dari perusahaan Maxar Technologies. 3. Citra Satelit SPOT–6 & SPOT–7 Data Olahan Citra Satelit SPOT 6 Warna Natural Wilayah Kalimantan Barat Skala 1 Selain Satelit Pleiades-1A & Pleiades-1B, perusahaan Airbus Defence & Space juga memiliki satelit kembar lain yakni Satelit SPOT-6 dan SPOT-7. Untuk Satelit SPOT-6 dan SPOT-7, kedua satelit tersebut menghasilkan citra satelit dengan resolusi spasial kelas 150 cm m, pada spektrum elektromagnetik cahaya tampak visible dan inframerah dekat near infrared. Saat ini, Citra Satelit SPOT-6 dan SPOT-7 banyak digunakan untuk berbagai aplikasi karena tingkat resolusi spasial yang tinggi dengan harga yang terjangkau untuk area yang luas. 4. Citra Satelit KOMPSAT–3A Citra Satelit KOMPSAT–3A wilayah Ferrari World, Abu Dhabi – Tanggal Perekaman 26 Oktober 2015Image Copyright KARI, SIIS Negara Ginseng, Korea Selatan, ternyata memiliki satelit sumber daya alam yang menghasilkan citra satelit dengan resolusi sangat tinggi yakni Satelit Korea Multi-Purpose Satellite KOMPSAT. Salah satu seri Satelit KOMPSAT yang masih beroperasi adalah Satelit KOMPSAT-3A yang menghasilkan citra dengan resolusi spasial kelas 40 cm m, pada spektrum elektromagnetik cahaya tampak visible dan inframerah dekat near infrared. Dan berikut beberapa citra satelit lain yang dihasilkan dari satelit sumber daya alam silahkan klik pada masing-masing link untuk informasi lebih lanjut terkait citra satelit tersebut Pleiades Neo WorldView Legion WorldView-4 GeoEye-1 Landsat 8 Kelebihan dan Kelemahan Foto Udara dan Citra Satelit Sebelumnya telah dibahas mengenai foto udara dan juga citra satelit optis dengan sensor pasif. Lalu apa kelebihan dan kekurangan foto udara dibandingkan citra satelit?, berikut penjelasannya Saat ini, data citra satelit optis dengan sensor pasif yang mempunyai resolusi spasial tertinggi untuk kepentingan komersial yakni Citra Satelit WorldView-3 dengan resolusi spasial mencapai 30 cm pada posisi nadir, dan jika tidak ada kendala maka pada tahun 2020 ini akan mengorbit juga Satelit Pleiades Neo yang akan menghasilkan citra dengan resolusi spasial mencapai 30 cm pada posisi nadir, serta pada tahun 2021 mendatang akan mengangkasa Satelit WorldView Legion yang akan menghadirkan citra dengan resolusi spasial 29 cm pada posisi nadir. Maka untuk saat ini dan beberapa tahun mendatang citra satelit dengan resolusi spasial tertinggi yang dijual secara komersial kepada umum yakni 29 cm dan 30 cm. Hal ini berbeda dengan foto udara yang dihasilkan oleh drone atau UAV, dimana resolusi spasial yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan data citra satelit yang tersedia saat ini dapat mencapai 1 cm. Resolusi spasial sebuah foto udara yang dihasilkan tergantung sensor kamera yang digunakan serta penempatan ketinggian terbang drone tersebut. Namun walau mempunyai tingkat resolusi spasial yang lebih rendah dibandingkan data foto udara, data citra satelit mempunyai keunggulan dari sisi tingkat akurasinya bahkan tanpa penyertaan titik kontrol lapangan sekalipun terutama untuk area yang datar, berhubung saat ini kebanyakan data citra satelit komersial terutama yang termasuk dalam kategori citra satelit resolusi sangat tinggi dan tinggi sudah dibekali data titik kontrol bawaan dari pihak vendor yang bernama Rational Polynomial Coefficient RPC. RPC merupakan data model titik kontrol yang terdiri dari 20 titik, yang biasa digunakan dalam proses orthorektifikasi data citra satelit. Selain itu, data citra satelit mempunyai keunggulan dari sisi jumlah resolusi spektral. Saat ini, sebagian besar data citra satelit yang memiliki resolusi spasial sangat tinggi mempunyai 4 band yang masuk dalam spektrum elektromagnetik cahaya tampak visible dan juga inframerah dekat near infrared, beberapa bahkan mempunyai lebih dari 4 band seperti Citra Satelit WorldView-2 yang terdiri dari 8 band multispektral, dan juga Citra Satelit WorldView-3 yang tidak hanya memiliki 1 band pankromatik dan 8 band multispektral, akan tetapi juga memiliki 8 band multispektral Short Wave Infra Red SWIR dan 12 band Cloud, Aerosol, Vapors, Ice, and Snow CAVIS. Untuk data citra satelit lain terutama biasanya yang mempunyai resolusi spasial lebih rendah, malah mempunyai tingkat resolusi spektral lebih tinggi lagi. Sebagai contoh untuk data Citra Satelit Landsat 8 yang mempunyai resolusi spasial tertinggi 15 meter band pankromatik terdiri dari 11 band yang berasal dari 2 sensor yang dimilikinya ataupun contoh lainnya seperti Citra Satelit Sentinel-2A yang memiliki 13 band. Dan bahkan beberapa citra satelit mempunyai ratusan band yang sudah termasuk kategori citra satelit hyperspectral seperi Citra Satelit Hyperion. Keberadaan jumlah band yang banyak pada sebuah data citra satelit sangat bermanfaat untuk analisis lebih lanjut dari data citra satelit, seperti keberadaan band thermal pada Citra Satelit Landsat 8 bermanfaat untuk melakukan estimasi temperatur permukaan suatu wilayah, kemudian kehadiran band–band inframerah dekat dan band cahaya tampak, dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kerapatan vegetasi, tingkat kesehatan sebuah tanaman, dan lain sebagainya, melalui pengolahan Normalized Difference Vegetation Index NDVI. Selain itu, keunggulan foto udara yang dihasilkan oleh drone daripada citra satelit adalah tampilan foto udara yang dapat bebas awan karena penempatan ketinggian drone dapat diatur di bawah keberadaan awan tebal yang dapat menutupi objek di area pemotretan. Sedangkan data citra satelit optis yang menggunakan sensor pasif akan sangat tergantung kondisi cuaca di area perekaman tersebut. Jika ketika satelit melakukan perekaman di sebuah area yang ternyata terdapat awan tebal yang menutupi objek-objek yang terdapat pada area perekaman, maka awan tebal tersebut akan ikut terekam dan akan muncul pada citra satelit yang dihasilkan, sehingga menutupi objek dan mempersulit seorang interpreter untuk melakukan intepretasi objek yang berada di area perekaman. Sebenarnya terdapat juga data citra satelit dengan menggunakan sensor aktif sumber tenaga berasal dari sensor tersebut, salah satunya yaitu citra satelit dengan menggunakan teknologi Radio Detection and Ranging RADAR yang mampu “menembus awan” dan menghasilkan citra yang bebas awan. Akan tetapi penggunaan citra RADAR lebih ditujukan untuk memperoleh data topografi dibandingkan untuk melihat berbagai objek yang berada di permukaan bumi, karena tampilan objek pada citra RADAR hasil perekaman berbeda tampilannya dengan citra satelit optis dengan sensor pasif, dimana objek lebih sulit diidentifikasi pada citra RADAR. Namun walau begitu, kendala keberadaan awan pada data citra satelit optis dengan sensor pasif dapat disiasati dengan proses pengolahan. Untuk keberadaan awan tipis seperti kabut atau asap, dapat direduksi atau dihilangkan dengan pengolahan koreksi atmosferik, contohnya seperti yang terlihat di bawah ini Data Original Citra Satelit WorldView–2 Area Perekaman Tertutupi Asap Asap pada Data Citra Satelit WorldView-2 Hasil Olahan Warna Natural Haze Removal Plus Enhancement Telah Hilang Ataupun dapat menggunakan band SWIR pada data citra satelit yang mempunyai band tersebut, ataupun penggunaan band SWIR & CAVIS pada Citra Satelit WorldView-3, namun dengan tingkat resolusi spasial yang lebih rendah dibandingkan dengan Citra Satelit WorldView-3 pada band–band cahaya tampak visible dan juga inframerah dekat near infrared. Tampilan Data Citra Satelit WorldView–3 Warna Natural Spektrum Visible/Cahaya TampakC Maxar Technologies Tampilan Data Citra Satelit WorldView-3 Menggunakan Kombinasi Band SWIRC Maxar Technologies Tampilan Data Citra Satelit WorldView–3 Kombinasi Band SWIR Pada Area Yang TerbakarC Maxar Technologies Tampilan Data Citra Satelit WorldView-3 Pada Band Ke 8 SWIR Hampir Bebas AsapC Maxar Technologies Tampilan Data Citra Satelit WorldView-3 Menggunakan Band SWIR, Dimana Tingkat Area yang Terbakar Dapat Terlihat JelasC Maxar Technologies Untuk lebih lengkapnya, Anda dapat membaca postingan berikut ini Melihat yang Tidak Terlihat Menggunakan SWIR Sedangkan untuk keberadaan awan tebal pada data citra satelit, dapat disiasati dengan proses yang diberi nama cloud remove. Cloud remove merupakan istilah untuk menggantikan tampilan awan di sebuah lokasi yang berada pada sebuah data citra satelit dengan data citra satelit lain yang kondisinya tidak terdapat keberadaan awan di lokasi tersebut. Untuk memudahkan pemahaman mengenai cloud remove, Anda dapat melihatnya pada beberapa contoh di bawah ini Menghilangkan Awan Pada Data Citra Satelit Sebelum dan Sesudah Proses Cloud Remove & Colour Balancing Data Original Citra Satelit WorldView–1 & WorldView–2 Wilayah Merangin – Jambi Data Citra Satelit WorldView–1 & WorldView–2 Hasil Olahan Orthorektifikasi + Cloud Remove + Mosaick + Enhance Wilayah Merangin – Jambi Idealnya data citra satelit yang digunakan sebagai data pengganti mempunyai tanggal perekaman serta tingkat resolusi spasial yang sama dengan data citra satelit yang keberadaan awannya hendak dihilangkan. Kalaupun ternyata data penggantinya tidak tersedia sesuai dengan kondisi ideal tersebut, maka hendaknya tanggal perekaman serta tingkat resolusi spasialnya tidak berbeda jauh atau jomplang dengan data citra satelit yang akan digantikan, sehingga nantinya kondisi penggunaan lahan pada area perekaman masih sesuai dengan kondisi yang terekam pada data citra satelit utama. Untuk kelemahan dari data foto udara yaitu secara rata-rata biaya perekaman untuk mendapatkan data foto udara lebih tinggi dibandingkan data citra satelit. Jika menggunakan pesawat terbang untuk melakukan perekaman, dan kita tidak mempunyai wahana tersebut, maka kita harus mengeluarkan biaya untuk sewa pesawat terbang plus biaya untuk pilot, dan pembiayaan lainnya. Selain itu kita harus mengurus perizinan untuk mengambil pemotretan di area pemotretan serta mematuhi berbagai aturan ketika melakukan pemotretan. Jika menggunakan wahana seperti drone yang dilakukan oleh kita sendiri yang posisinya jauh dari lokasi kita berada, maka selain pengurusan perizinan beserta aturan yang harus dipatuhi ketika melakukan pemotretan, kita juga harus mengeluarkan biaya akomodasi serta berbagai biaya lain yang tidak terduga selama di lapangan. Selain itu, pengambilan foto udara menggunakan wahana dengan bobot yang ringan semisal drone, faktor cuaca juga sangat berpengaruh. Kecepatan angin yang terlalu kencang di area pemotretan, akan membuat pergerakan drone menjadi tidak stabil, sehingga foto hasil perekaman menjadi kurang baik. Kecepatan penyediaan data foto udara juga lebih lambat dibandingkan data citra satelit, karena harus melakukan pengurusan perizinan di area pemotretan, waktu yang diperlukan untuk berangkat ke lokasi pemotretan, memastikan terlebih dahulu kondisi cuaca pada area pemotretan sudah ideal, serta resiko kegagalan pemotretan karena drone mengalami kerusakan ketika melakukan pemotretan, yang membuat proses pemotretan diundur. Sedangkan data original citra satelit yang sudah tersedia pada database, saat ini dapat diterima dalam hitungan hari bahkan jam, tanpa harus melakukan pengurusan perizinan dan pergi ke lokasi perekaman. Anda cukup duduk manis di rumah atau kantor Anda, maka dalam waktu yang tidak lama data original citra satelit sudah bisa dapat Anda terima. Selain itu, untuk area yang cukup luas, pengolahan data foto udara memakan waktu yang cukup lama terutama untuk proses ortho mosaick penggabungan data-data foto udara hasil pemotretan untuk mendapatkan tampilan utuh area pemotretan, karena akan terdiri dari banyak data foto udara berhubung dalam satu pemotretan, luasan area yang terportret tidaklah luas. Berbeda dengan hasil perekaman satelit sumber daya alam yang dapat mencakup area dalam sekali perekaman berkisar ratusan hingga ribuan kilometer persegi, sehingga jumlah scene/tile ukuran yang digunakan dalam sekali perekaman sebuah satelit data citra satelit yang mencakup area yang luas jauh lebih sedikit dibandingkan dengan data foto udara. Begitu juga komputer yang digunakan untuk pengolahan data foto udara memerlukan spesifikasi yang lebih tinggi dibandingkan untuk pengolahan data citra satelit, berhubung begitu banyak data foto udara yang harus diolah menjadi satu kesatuan dengan ukuran file yang besar. Kesimpulan Telah diterangkan mengenai foto udara dan citra satelit, juga kelebihan dan kekurangannya. Anda yang memerlukan data penginderaan jauh, dapat memilih apakah data citra satelit atau foto udara yang sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan beserta budget yang dimiliki. *** Semoga postingan ini bermanfaat, dan sampai jumpa pada postingan kami berikutnya. Insya Allah. POSTINGAN MENARIK LAINNYA 1. [Tutorial] Cara Download Peta RBI Gratis 2. [Tutorial] Download Data DEM SRTM Langsung di QGIS 3. [Tutorial] Mengetahui Suhu Permukaan Laut dari Citra Satelit MODIS Menggunakan QGIS 4. [Tutorial] Download Data OSM di QGIS 5. [Tutorial] Melakukan Georeferensi di QGIS
Citra satelit dan fotografi udara memberikan pandangan tentang Bumi dari atas, dan keduanya digunakan untuk mempelajari geografi, untuk mensurvei area tanah dan bahkan untuk memata-matai pemerintah. Metode membuat gambar berbeda antara kedua teknik, seperti halnya aplikasi gambar seperti itu sebagian besar waktu. Sementara kedua proses dapat menghasilkan gambar digital, gambar satelit memiliki aplikasi ilmiah skala besar yang lebih besar, dan foto udara memiliki aplikasi komersial skala kecil yang lebih besar. Fotografi Udara Fotografi udara adalah produksi gambar foto dari balon, helikopter atau pesawat terbang; ini digunakan terutama untuk pemetaan. Pada tahun 1855, balon udara Prancis Gaspar Felix Tournachon mematenkan proses fotografi udara pertama, meskipun butuh tiga tahun untuk menghasilkan gambar pertama. Eksperimen awal termasuk menggunakan merpati yang dilengkapi dengan kamera otomatis dan menggunakan biplan dalam Perang Dunia I untuk menangkap gambar parit musuh. Foto udara berhasil dikomersialkan oleh Sherman Fairchild untuk survei udara tanah dan kota setelah Perang Dunia I dan telah digunakan dalam aplikasi pemerintah dan sipil sejak saat itu. Istilah "citra satelit" dapat merujuk ke sejumlah jenis gambar yang dikirim secara digital yang diambil oleh satelit buatan yang mengorbit Bumi. Amerika Serikat meluncurkan sistem pencitraan satelit pertama pada tahun 1960 untuk memata-matai Uni Soviet. Sejak itu, selain aplikasi militer, citra satelit telah digunakan untuk pemetaan, pemantauan lingkungan, survei arkeologi, dan prediksi cuaca. Pemerintah, perusahaan besar, dan lembaga pendidikan memanfaatkan gambar-gambar ini sebaik-baiknya. Keuntungan Citra Satelit Citra satelit memiliki sejumlah keunggulan. Ini dapat digunakan untuk melacak sistem cuaca, terutama badai berbahaya seperti badai, dengan akurasi tinggi. Satelit mengelilingi bumi, sehingga aktivitas pencitraan mereka dapat diulang dengan mudah. Ini juga memungkinkan untuk area cakupan yang jauh lebih besar dan, karena semua informasi adalah digital, ia dapat dengan mudah diintegrasikan dengan perangkat lunak. Dalam beberapa kasus, tutupan awan tidak mempengaruhi hasil. Keuntungan Fotografi Udara Fotografi udara masih merupakan pilihan yang lebih baik untuk sebagian besar bisnis dan penggunaan komersial pribadi daripada citra satelit. Fotografi udara lebih murah dan, dalam beberapa kasus, ini lebih mutakhir, karena banyak peta satelit yang tersedia berusia lebih dari satu tahun dan tidak mencerminkan perubahan atau perkembangan terkini. Individu dan perusahaan kecil dapat lebih mudah menyewa fotografer udara dan memiliki lebih banyak input dalam prosesnya. Resolusi dan kejelasan kemungkinan akan lebih tinggi juga, membuat gambar lebih mudah dipahami dan sering menghilangkan kebutuhan untuk analisis khusus.
Last Updated On December 4, 2020 DAPATKAN DATA FOTO UDARA & CITRA SATELIT RESOLUSI SANGAT TINGGI WORLDVIEW-3 BESERTA PENGOLAHAN DAN MAPPING DENGAN HARGA YANG KOMPETITIF DI MAP VISION INDONESIA UNTUK INFORMASI LEBIH LANJUT DAPAT MENGHUBUNGI KAMI PADA NOMOR TELEPON WA/SMS/TELEPON 0878 2292 5861 E-MAIL mapvisionindonesia Citra foto udara merupakan gambaran berbagai objek yang ada di permukaan bumi yang diambil menggunakan sebuah wahana seperti pesawat terbang, helikopter, balon udara, parasut, drone atau UAV, serta berbagai wahana lainnya. Kamera atau sensor terpasang pada wahana yang dapat dipicu dari jarak jauh atau dapat juga secara otomatis. BACA JUGA 1. Apa Saja yang Termasuk Citra Satelit Resolusi Tinggi? Temukan Jawabannya Pada Postingan Ini. 2. Bagaimana Cara Memperoleh Citra Satelit? 3. Belajar Cara Mengolah Citra Penginderaan Jauh 4. Memahami Citra Satelit 5. Siap-Siap!, Bakal Tersedia Citra Satelit dengan Resolusi 15 cm Saat ini sendiri wahana UAV atau drone sedang menjadi primadona di kalangan yang berkecimpung di dunia pemetaan dan juga industri yang membutuhkan data-data objek di permukaan bumi, karena harga wahana yang lebih terjangkau serta teknologinya yang terus berkembang dengan cepat. Jika ingin langsung membaca pada bagian-bagian yang diinginkan, silahkan klik pada bagian sub-judul yang terdapat di Table of Contents Tipe Foto Udara dan AplikasinyaFoto VertikalFoto Miring RendahFoto Miring TinggiKelebihan Citra Foto Udara Untuk PemetaanKelemahan Foto Udara untuk PemetaanPerbandingan Foto Udara dan Citra SatelitKesimpulan Tipe Foto Udara dan Aplikasinya Terdapat tiga tipe citra foto udara berdasarkan kemiringan sumbu kameranya yaitu Foto Vertikal Posisi sumbu kamera berada dalam posisi vertikal dengan area yang dipotret, sehingga area yang ter-cover tidak terlalu luas. Tipe foto vertikal merupakan tipe yang sering digunakan untuk membuat orthophotos, dalam artian foto mempunyai nilai koordinat setelah dilakukan proses koreksi geometrik. Oleh karenanya tipe foto vertikal banyak digunakan oleh orang-orang di bidang pemetaan serta yang membutuhkan peta yang bersumber dari hasil foto udara. Foto Miring Rendah Jika pada tipe foto vertikal, sumbu kamera tegak lurus vertikal dengan objek yang hendak dipotret, maka pada foto miring rendah, sumbu kamera dibuat miring dengan sudut lebih dari 3 derajat. Dengan penempatan sumbu kamera yang miring, area pertemuan antara permukaan bumi dan langit akan terlihat. Contoh Tampilan Foto Udara Miring Rendah Kenampakan Horizon Pada Foto Ini Tidak DitunjukkanSumber Foto Miring Tinggi Sama halnya dengan tipe foto miring rendah, tipe foto miring tinggi memiringkan sumbu kamera, namun dengan sudut kemiringan yang lebih besar, yaitu sekitar 60 derajat. Dengan sudut kemiringan sumbu kamera yang lebih besar, cakupan area akan terpotret lebih luas beserta kenampakan cakrawala yang ikut terekam. Contoh Tampilan Foto Udara Miring Tinggi yang Memperlihatkan CakrawalaSumber Kelebihan Citra Foto Udara Untuk Pemetaan Wahana yang digunakan untuk pengambilan foto udara untuk kepentingan pemetaan seperti contohnya drone, dioperasikan pada ketinggian terbang yang lebih rendah dari posisi awan berada, sehingga foto yang dihasilkan bebas dari awan, yang memudahkan proses interpretasi berbagai objek yang terdapat pada foto udara tersebut. Selain itu, kelebihan dari foto udara yaitu tampilan foto lebih detail dibandingkan dengan wahana lain seperti pesawat terbang dan juga satelit observasi bumi. Saat ini citra satelit dengan resolusi spasial tertinggi yang dijual secara komersial yaitu Citra Satelit WorldView-3, WorldView-4, dan nantinya menyusul Citra Satelit Pleiades Neo serta Citra Satelit WorldView Legion, mempunyai resolusi spasial mencapai 30 cm dalam posisi nadir, sedangkan foto udara yang dipotret oleh drone mempunyai resolusi spasial lebih tinggi lagi yang bervariasi tergantung ketinggian terbang. Kelemahan Foto Udara untuk Pemetaan Foto udara hasil satu kali pemotretan mencakup area yang kecil jika dibandingkan dengan wahana satelit, oleh karena itu jika area order berukuran luas maka akan banyak sekali foto udara yang dihasilkan, sehingga proses penggabungan foto-foto tersebut menjadi satu kesatuan serta proses pengolahan lainnya akan memerlukan waktu yang cukup memakan waktu. Selain itu, dengan resolusi spasial yang tinggi serta jumlah foto yang harus diolah sangatlah banyak, maka diperlukan komputer dengan spesifikasi yang sangat mumpuni untuk mengolahnya. Faktor cuaca juga sangat mempengaruhi pengambilan foto udara pada area order, seperti misalnya tingkat kecepatan angin. Angin yang bertiup kencang akan mempengaruhi tingkat kestabilan wahana berbobot ringan seperti drone, sehingga akan menyebabkan hasil pemotretan menjadi kurang baik. Pengambilan foto udara juga harus dibarengi dengan pengambilan titik kontrol lapangan atau Ground Control Point GCP untuk memperbaiki tingkat akurasi hasil foto udara hasil pemotretan. Hal ini berbeda dengan citra satelit, dimana akurasi lokasi citra satelit khususnya yang mempunyai resolusi spasial sangat tinggi sudah cukup baik, bahkan tanpa penggunaan titik kontrol lapangan sekalipun untuk area yang datar. Dari aspek biaya pun, diperlukan anggaran yang tidak sedikit, mulai dari pembelian wahana atau penyewaan wahana dan pilot serta operatornya jika wahananya pesawat terbang atau helikopter, pengurusan izin untuk melakukan pemotretan di area tersebut, biaya mobilitas dan akomodasi bagi para operator, serta berbagai biaya terduga di lapangan lainnya. Perbandingan Foto Udara dan Citra Satelit Citra satelit merupakan gambaran permukaan bumi hasil perekaman satelit observasi bumi yang berada di luar angkasa dan berjarak ratusan kilometer dari permukaan bumi. Dengan posisinya yang sangat jauh dari permukaan bumi, maka citra satelit yang dihasilkan satelit dengan sensor optis yang pasif memanfaatkan sumber energi dari matahari, tidak dapat “menembus” awan ataupun gangguan lain di atmosfer, sehingga jika pada area perekaman terdapat awan, maka awan tersebut ikut terdapat pada citra satelit hasil perekaman, yang membuat proses interpretasi objek pada area order tidak maksimal. Hal ini tentu saja berbeda dengan foto udara yang tampilannya dapat bebas awan, karena ketinggian terbangnya dapat diatur di bawah ketinggian awan berada. Namun walau terdapat kendala seperti itu, keberadaan awan pada citra satelit dapat diminimalisir atau bahkan dapat dihilangkan sepenuhnya dengan proses pengolahan yang bernama cloud remove. Cloud remove merupakan proses menghilangkan awan beserta dengan bayangannya dengan cara menggantikan awan yang terdapat pada sebuah data citra satelit dengan data citra satelit lain yang bebas awan pada area tersebut. Sebagai ilustrasi dari proses cloud remove ini, dapat dilihat pada animasi di bawah ini Proses Cloud Remove dan Colour Balancing Citra SatelitImage Copyright Maxar Technologies; Courtesy of Map Vision Indonesia Animasi di atas memperlihatkan keberadaan awan pada Citra Satelit WorldView-2 dengan resolusi spasial 50 cm tanggal perekaman 21 Januari 2013. Melalui proses cloud remove serta proses pengolahan lainnya seperti orthorektifikasi, penyamaan warna color balancing, serta penggabungan data citra satelit mosaic, bagian yang tertutup awan dapat hilang karena telah diganti menggunakan data citra satelit lain yang bebas awan pada bagian tersebut, dimana pada contoh di atas menggunakan Citra Satelit QuickBird dengan resolusi spasial 60 cm tanggal perekaman 8 Maret 2010. Sebaiknya data citra satelit yang digunakan sebagai pengganti pada proses cloud remove memiliki resolusi spasial yang tidak jauh berbeda dengan data citra satelit utama, sehingga kenampakan citra satelit hasil cloud remove terlihat mulus menyatu seamless. Selain itu juga, tanggal perekaman citra satelit pengganti tidak terpaut jauh dengan tanggal perekaman citra satelit utama, dan kalaupun tanggal perekamannya cukup berbeda jauh, maka diperlukan pembuatan preview hasil cloud remove yang memberikan informasi area mana saja yang telah dilakukan proses cloud remove, sehingga pemakai data dapat mengetahuinya. Faktor atmosfer lain yang cukup menganggu dalam proses interpretasi data citra satelit yaitu keberadaan haze atau kabut. Keberadaan haze pada data citra satelit juga dapat diminimalisir atau hilang sepenuhnya dengan proses pengolahan, seperti contohnya dapat dilihat berikut ini Data Original Citra Satelit WorldView-2 Terdapat HazeImage Copyright Maxar Technologies; Courtesy of Map Vision Indonesia Data Olahan Citra Satelit WorldView-2 Tanpa Haze Setelah PengolahanImage Copyright Maxar Technologies; Courtesy of Map Vision Indonesia Untuk tingkat kedetailan, citra satelit saat ini kalah dari foto udara. Tingkat resolusi spasial tertinggi dari citra satelit yang dijual secara bebas kepada khalayak umum yaitu Citra Satelit WorldView-3, WorldView-4, dan nantinya Pleiades Neo, serta WorldView Legion, mempunyai resolusi spasial tertinggi 30 cm pada posisi nadir, sedangkan foto udara dapat menghasilkan resolusi spasial lebih tinggi lagi tergantung ketinggian terbang. Namun walau begitu, tingkat akurasi data citra satelit lebih baik bahkan tanpa penyertaan titik kontrol lapangan, terlebih data citra satelit terutamanya yang mempunyai resolusi spasial sangat tinggi sudah dibekali data Rational Polynomial Coefficient RPC yaitu data model 20 titik kontrol yang diberikan oleh pihak vendor. Keberadaan data RPC akan meningkatkan tingkat akurasi data citra satelit setelah dilakukan proses pengolahan orthorektifikasi. Selain itu dari sisi tingkat resolusi spektral, saat ini data citra satelit standarnya memiliki 4 band dalam spektrum elektromagnetik cahaya tampak visible dan juga inframerah dekat near infrared hingga mencapai ratusan band hyperspektral, yang digunakan untuk melakukan analisis lebih lanjut seperti analisis area yang terbakar lebih mudah menggunakan band SWIR, mengetahui tingkat kerapatan vegetasi melalui pengolahan Normalized Difference Vegetation Index NDVI yang menggunakan band inframerah dekat dan band merah, mengetahui estimasi temperatur suatu wilayah menggunakan band thermal, serta berbagai analisis lainnya. Estimasi Temperatur Permukaan Wilayah Kota Bandung Menggunakan Hasil Pengolahan Band Thermal Citra Satelit Landsat 8Courtesy of Map Vision Indonesia Saat ini juga tingkat kecepatan penyediaan data original citra satelit cukup tinggi, berkisar hitungan hari bahkan jam. Jadi jika Anda memesan data original citra satelit hari ini, maka data original bisa tersedia juga hari ini dan paling lambatnya hanya dalam hitungan hari juga, sedangkan untuk foto udara akan membutuhkan waktu lebih lama, karena untuk memotret sebuah area, operatornya perlu juga ke lapangan untuk mengoperasikan wahananya, meminta izin terlebih dahulu untuk melakukan pemotretan di area tersebut, dan juga pemotretan bisa jadi berlangsung lebih lama dari perkiraan karena faktor medan di lapangan serta faktor cuaca yang sangat mempengaruhi. Tingkat ketersediaan data citra satelit pada semua wilayah di Indonesia dan juga dunia cukup berlimpah, dengan banyaknya satelit-satelit observasi bumi komersial yang saat ini mengorbit, ditambah dengan terus meluncurnya satelit-satelit observasi bumi yang baru. Apalagi satelit-satelit yang baru saat ini didesain mempunyai tingkat revisit time kembali ke tempat semula dapat dalam hitungan hari, bahkan ada yang dalam satu hari dapat kembali ke tempat semula. Dari segi biaya secara keseluruhan, pembelian dan pengolahan data original citra satelit lebih terjangkau dibandingkan foto udara, berhubung untuk mendapatkan data citra satelit kita tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli wahana, mobilisasi ke lapangan, biaya akomodasi, serta biaya tak terduga lain yang timbul di lapangan. Dari sisi pengolahan standar, waktu yang diperlukan untuk mengolah data citra satelit tidak terlalu menghabiskan waktu yang banyak, berhubung cakupan area yang terekam dalam satu perekaman satelit observasi bumi cukup luas bisa hitungan belasan hingga ratusan kilometer persegi dalam satu pengambilan data, sehingga sebuah area yang luas bisa terdiri dari hanya satu scene data citra satelit, dan oleh karena itu data olahan citra satelit dapat tersaji lebih cepat dan dapat digunakan segera oleh pihak user. Kesimpulan Telah dipaparkan mengenai citra foto udara, kelebihan dan kekurangannya, serta perbandingannya dengan citra satelit beserta keunggulan dan kelemahan citra satelit, dimana dengan informasi tersebut Anda dapat menentukan data yang sesuai dengan kebutuhan, anggaran yang Anda miliki, serta berbagai pertimbangan yang lain. Sumber Utama Aerial Photography. Diakses Tanggal 29 Juni 2020. Types of Aerial Photography and Its Application. Diakses Tanggal 29 Juni 2020. POSTINGAN MENARIK LAINNYA 1. [Tutorial] Membuka File Geodatabase di QGIS versi 2. [Tutorial] Cara Download Peta RBI Gratis 3. [Tutorial] Menampilkan Informasi Cuaca di QGIS 4. [Tutorial] Import Titik-Titik Koordinat di Open Office atau Excel ke QGIS 5. [Tutorial] Stacking Data Citra Satelit Menggunakan QGIS Author Map Vision IndonesiaMap Vision Indonesia merupakan team yang berisikan praktisi di bidang Citra Satelit, Penginderaan Jauh Remote Sensing, Sistem Informasi Geografis SIG, serta Pemetaan pada umumnya. Kami telah berpengalaman khususnya mengerjakan ratusan proyek pengadaan dan pengolahan serta mapping data citra satelit berbagai resolusi dari berbagai vendor sejak tahun 2013.
SEORANG PENGGUNA TELAH BERTANYA 👇 Jelaskan perbedaan citra foto udara dengan citra satelit INI JAWABAN TERBAIK 👇 Inilah perbedaan antara foto udara dan citra satelit. Gambar foto udara Ini adalah cara memotret yang berasal dari suatu daerah dan berasal dari ketinggian tertentu, yaitu di alam atmosfer dengan menggunakan bentuk kamera. Misalnya memotret menggunakan pesawat terbang, helikopter, dan balon udara. Keuntungan menggunakan foto udara adalah Anda dapat membuat gambar yang lebih detail. Citra satelit Ini adalah sesi foto suatu daerah melalui penggunaan satelit di mana operasi yang dilakukan dari luar angkasa akan dilakukan. Jadi dari citra satelit itu sendiri memiliki tingkat resolusi yang tinggi dengan resolusi spasial 50 cm. Maka hasil foto satelit sendiri tidak akan sedetail mungkin dengan foto udara. Belajarlah lagi 1. Materi Penjelasan Perbedaan Citra Udara dan Citra Satelit ——————————————————- Detail tanggapan Kelas 9 Folder IPS Bab Bab 8 – Peta Bentuk dan Pola Bumi Kode Kata kunci Citra, Foto, Satelit
foto udara dan citra satelit